A.
Pengertian Studi Kasus
Ada beberapa
deskripsi mengenai makna dari pengertian studi kasus. Bila kita melakukan
penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial
selama kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus.
Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan
pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku seorang individu.
Di samping
itu, studi kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial
terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit
sosial lainnya. Studi kasus dalam khazanah metodologi dikenal sebagai suatu
studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih
diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer.
Berikut ini
pengertian studi kasus menurut beberapa ahli :
1.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982)
studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu
orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
2.
Surachmad (1982)
membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
3.
Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985)
menjelaskan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha
menguji unit atau individu secara mendalam.
4.
Robert Yin (1996) menyebutkan bahwa
studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam
konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena dan konteks tak
tampak dengan tegas; dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan.
Jadi secara
garis besar pengertian dari studi kasus merupakan strategi penelitian dimana
didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu
dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
B.
Tujuan Penelitian Studi Kasus
Seperti
halnya pada tujuan penelitian lain, pada dasarnya peneliti yang menggunakan
metode penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami obyek yang ditelitinya.
Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus
bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara
khusus sebagai suatu ‘kasus’.
Berkaitan
dengan hal tersebut, Yin (2003, 2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan
penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek
yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus
tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar
menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi
lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan
‘mengapa’ (why) objek tersebut terjadi/terbentuk dan dapat dipandang sebagai
suatu kasus. Sementara itu, strategi atau metode penelitian lain cenderung
menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (how many) dan
seberapa besar (how much).
Sementara
itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bertujuan untuk
mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam kasus
yang diteliti. Kasus itu sendiri merupakan penyebab dilakukannya penelitian
studi kasus, oleh karena itu, tujuan dan fokus utama dari penelitian studi
kasus adalah pada kasus yang menjadi obyek penelitian. Untuk itu, segala
sesuatu yang berkaitan dengan kasus, seperti sifat alamiah kasus, kegiatan,
fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan berbagai hal lain yang
berkaitan dan mempengaruhi kasus harus diteliti, agar tujuan untuk menjelaskan
dan memahami keberadaan kasus tersebut dapat tercapai secara menyeluruh dan
komprehensif.
C.
Macam-Macam Studi Kasus
Adapun
macam-macam studi kasus, antara lain:
1. Studi
kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam
kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan
organisasinya. Studi ini
sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kurang
mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi
kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-peran atau pelibatan
(participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi
tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a)
suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan
sekolah.
3. Studi
kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup
biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dari lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan dan
topik tertentu lainnya.
4. Studi
kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu sebagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
5. Studi
kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran
siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua
pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya,
kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6. Mikroethnografi,
merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat
kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi
yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
D.
Karakteristik Penelitian Studi Kasus
Berdasarkan
pendapat Yin (2003, 2009); Van Wynsberghe dan Khan (2007); dan Creswell (2003,
2007) secara lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Menempatkan
obyek penelitian sebagai kasus.
Keunikan
penelitian studi kasus adalah adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya
sebagai ’kasus’. Bahkan secara khusus, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian
studi kasus bukanlah suatu pilihan metode
penelitian, tetapi bagaimana memilih kasus sebagai obyek atau target
penelitian. Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus harus memahami
bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai kasus di dalam
penelitiannya.
Kasus itu
sendiri adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu sistem kesatuan yang
menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka konteks tertentu (Creswell, 2007). Pembatasan dapat
dilakukan dari berbagai sudut pandang, seperti pembatasan lokasi, waktu, pelaku
dan fokus substansi.
Melalui
penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan secara terperinci
dan komprehensif, tidak hanya menyangkut penjelasan tentang karakteristiknya,
tetapi juga bagaimana dan mengapa karakteristik dari kasus tersebut dapat
terbentuk.
2.
Memandang kasus sebagai
fenomena yang bersifat kontemporer.
Bersifat
kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai
terjadi, tetapi
masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan,
atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa
terjadi. Dengan kata lain, sebagai bounded system (sistem yang
dibatasi), penelitian studi kasus dibatasi dan hanya difokuskan pada hal-hal
yang berada dalam batas tersebut. Pembatasan dapat berupa waktu maupun ruang
yang terkait dengan kasus tersebut.
3.
Dilakukan pada
kondisi kehidupan sebenarnya.
Seperti halnya
pendekatan penelitian kualitatif pada umumnya, pelaksanaan penelitian studi
kasus menggunakan pendekatan penelitian naturalistik.
Dengan kata
lain, penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai
kasus. Kehidupan nyata itu sendiri adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat
pada lingkungan hidup manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok
yang sebenarnya.
4.
Menggunakan berbagai
sumber data.
Seperti halnya
strategi dan metode
penelitian kualitatif yang lain, penelitian studi kasus menggunakan berbagai
sumber data. Adapun
bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan
lapangan, pengamatan artefak dan dokumen.
5.
Menggunakan teori
sebagai acuan penelitian.
Karakteristik
penelitian studi kasus yang relatif berbeda dibandingkan dengan strategi atau
metode penelitian studi kasus
yang lain adalah penggunaan teori sebagai acuan penelitian. Berdasarkan
pemikiran induktif yang bermaksud untuk membangun pengetahuan-pengetahuan baru
yang orisinil, penelitian kualitatif selalu dikonotasikan sebagai penelitian
yang menolak penggunaan teori sebagai acuan penelitian.
Pada penelitian
studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun
posisi hasil penelitian. Kajian teori dapat dilakukan di bagian depan,
tengah dan belakang proses penelitian.
E.
Jenis-Jenis Penelitian Studi Kasus
Stake
(2005) membagi penelitian studi kasus berdasarkan karakteristik dan fungsi
kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus bukanlah sekedar
obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas. Hal ini
sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus
bukanlah sekedar metode penelitian, tetapi tentang bagaimana memilih kasus yang
tepat untuk diteliti.
Berdasarkan
hal tersebut, Stake (2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu:
1. Penelitian
studi kasus mendalam.
Penelitian studi
kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian studi kasus yang
dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan terakhir kali meneliti
tentang suatu kasus yang khusus. Hal ini dilakukan tidak dengan maksud untuk
menempatkan kasus tersebut mewakili dari kasus lain, tetapi lebih kepada
kekhususan dan keunikannya.
Contoh
penelitian studi kasus mendalam yang diberikan dengan judul ‘Kemacetan
Lalu-lintas di Kawasan Malioboro,
Yogyakarta’, menunjukkan
adanya keterpaduan antara
kasus dengan lokasi penelitiannya.
2.
Penelitian studi kasus
intrumental.
Penelitian studi
kasus intrumental (instrumental case study) adalah penelitian studi kasus yang
dilakukan dengan meneliti kasus untuk memberikan pemahaman mendalam atau
menjelaskan kembali suatu proses generalisasi. Dengan kata lain, kasus
diposisikan sebagai sarana (instrumen) untuk menunjukkan penjelasan yang
mendalam dan pemahaman tentang sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan.
Contoh
penelitian studi kasus instrumental tunggal yang berjudul ‘Kemacetan Lalu
Lintas di Yogyakarta, Studi Kasus: Kawasan Malioboro’, menunjukkan adanya
penggunaan istilah ‘studi kasus’. Penggunaan istilah tersebut secara khusus
untuk menunjukkan bahwa kasus yang dipergunakan bersifat sebagai sarana
(instrumen) pembukti atas konsep atau teori peneliti.
3.
Penelitian studi kasus
jamak.
Penelitian studi
kasus jamak (collective or mutiple case study) adalah penelitian studi kasus
yang menggunakan jumlah kasus yang banyak. Penelitian studi kasus ini adalah
pengembangan dari penelitian studi kasus instrumental, dengan menggunakan kasus
yang banyak. Asumsi dari penggunaan kasus yang banyak adalah bahwa kasus-kasus
yang digunakan di dalam penelitian studi kasus jamak mungkin secara individual
tidak dapat menggambarkan karakteristik umumnya.
Contoh
penelitian studi kasus
jamak adalah ‘Kemacetan Lalu Lintas di Yogyakarta, Studi Kasus: Kawasan Gejayan
dan Malioboro’, menunjukkan adanya kasus yang
jamak.
Gambar:
Diagram Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus Menurut Stake (2005) dan Creswell
(2007) (Sumber: Ilustrasi penulis atas penjelasan Stake (2005)
dan Creswell (2007))
F.
Proses Penelitian
Studi Kasus
Sesuai
dengan pendapatnya, yaitu bahwa proses penelitian studi kasus adalah penelitian
yang terfokus pada kasus yang diteliti, Stake (2005) menekankan pada pentingnya
kasus pada setiap tahapan proses penelitian studi kasus. Berdasarkan
pendapatnya tersebut, Stake (2005, 2006) menjelaskan proses penelitian studi
kasus adalah sebagai berikut:
1. Menentukan
dengan membatasi kasus.
Tahapan ini
adalah upaya untuk memahami kasus, atau dengan kata lain membangun konsep
tentang obyek penelitian yang diposisikan
sebagai kasus. Dengan mengetahui dan memahami kasus yang akan diteliti,
peneliti tidak akan salah atau tersesat di dalam menentukan kasus
penelitiannya. Pada proposal penelitian, bentuknya adalah latar belakang
penelitian.
2.
Memilih fenomena, tema
atau isu penelitian.
Pada tahapan
ini, peneliti membangun pertanyaan penelitian berdasarkan konsep kasus yang
diketahuinya dan latar belakang keinginannya untuk meneliti. Pertanyaan
penelitian dibangun dengan sudah mengandung fenomena, tema atau isu penelitian
yang dituju di dalam proses pelaksanaan penelitian.
3.
Memilih bentuk-bentuk
data yang akan dicari dan dikumpulkan.
Data dan bentuk
data dibutuhkan untuk mengembangkan isu di dalam penelitian. Penentuan data
yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik kasus yang diteliti. Pada umumnya
bentuk pengumpulan datanya adalah wawancara baik individu maupun kelompok;
pengamatan lapangan; peninggalan atau artefak; dan dokumen.
4.
Melakukan kajian
triangulasi terhadap kunci-kunci pengamatan lapangan, dan dasar-dasar
untuk melakukan interpretasi terhadap data.
Tujuannya adalah
agar data yang diperoleh adalah benar, tepat dan akurat.
5.
Menentukan
interpretasi-interpretasi alternatif untuk diteliti.
Alternatif
interpretasi dibutuhkan untuk menentukan interpretasi yang sesuai dengan
kondisi dan keadaan kasus dengan maksud dan tujuan penelitian. Setiap
interpretasi dapat menggambarkan makna-makna yang terdapat di dalam kasus, yang
jika diintegrasikan dapat menggambarkan keseluruhan kasus.
6.
Membangun dan
menentukan hal-hal penting dan melakukan generalisasi dari hasil-hasil
penelitian terhadap kasus.
Stake (2005,
2006) selalu menekankan tentang pentingnya untuk selalu mengeksploasi dan
menjelaskan hal-hal penting yang khas yang terdapat di dalam kasus. Karena pada
dasarnya kasus dipilih karena diperkirakan mengandung kekhususannya sendiri.
Sedangkan generalisasi untuk menunjukkan posisi hal-hal penting atau kekhususan
dari kasus tersebut di dalam peta pengetahuan yang sudah terbangun.
G.
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Studi Kasus
Adapun
kelebihan penelitian studi kasus antara lain:
1. Studi
kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang amat
mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu
mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
2. Studi
kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa,
suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi
bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat
ketat.
Sedangkan kelemahan penelitian studi
kasus antara lain:
1.
Lemah dalam isu validitas.
Isu validitas berkaitan dengan
tingkat keabsahan obyek yang dijadikan
sasaran studi. Obyek studi kasus biasanya sedikit bahkan hanya satu kasus saja,
sehingga tingkat validitas hasil penelitiannya diragukan kebenarannya.
2.
Lemah dalam isu reliabilitas.
Isu reliabilitas yang berkaitan dengan tingkat kesahihan hasil yang diperoleh apabila studi yang sama diulang pada kasus lain ditempat dan waktu yang lain.
3.
Lemah dalam isu generalisasi.
Isu generalisasi
hasil temuan sebagai sebuah teori yang dapat
diterima pada populasi serupa ditempat yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar