a.
Ayatnya:
* $tBur tb%x. A|³u;Ï9 br& çmyJÏk=s3ã ª!$# wÎ) $·ômur ÷rr& `ÏB Ç!#uur A>$pgÉo ÷rr& @Åöã Zwqßu zÓÇrqãsù ¾ÏmÏRøÎ*Î/ $tB âä!$t±o 4 ¼çm¯RÎ) ;Í?tã ÒOÅ6ym ÇÎÊÈ y7Ï9ºxx.ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) %[nrâ ô`ÏiB $tRÌøBr& 4 $tB |MZä. Íôs? $tB Ü=»tGÅ3ø9$# wur ß`»yJM}$# `Å3»s9ur çm»oYù=yèy_ #YqçR Ïök¨X ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±®S ô`ÏB $tRÏ$t6Ïã 4 y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B ÇÎËÈ
b.
Terjemahannya:
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. “Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan
sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Asy-Syuura: 51-52)
c.
Penafsiran
Surah Asy-Syuura ayat 51:
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang
Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
Dalam ayat ini Allah SWT
menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya kecuali dengan
salah satu dari tiga cara seperti tersebut berikut ini :
·
Dengan wahyu, yakni Allah SWT menanamkan ke dalam hati sanubari seorang
Nabi suatu pengertian yang tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah
dari Allah SWT. Seperti halnya yang terjadi dengan Nabi Muhammad saw Sabda
beliau:
إِنَّ رُوحَ
الْقُدُسِ نَفَثَ فِي قَلْبِي إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ
رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّيِّبِ
“Sesungguhnya Ruhul Qudus telah menghembuskan ke dalam lubuk hatiku bahwasannya seseorang tidak akan meninggal dunia hingga dia menerima dan menjalin
dengan sempurna rezeki dan ajalnya, maka bertakwalah kepada Allah SWT dan
berusahalah dengan cara yang sebaik-baiknya. (HR. Ibnu Hibban)
·
Di belakang tabir yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang
berkata, tetapi perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara
dengan Nabi Musa. Firman Allah SWT:
$£Js9ur uä!%y` 4ÓyqãB $uZÏF»s)ÏJÏ9 ¼çmyJ¯=x.ur ¼çm/u tA$s% Éb>u þÎTÍr& öÝàRr& øs9Î) 4 tA$s% `s9 ÓÍ_1ts? Ç`Å3»s9ur öÝàR$# n<Î) …È@t6yfø9$# ÇÊÍÌÈ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkata Musa:
"Ya Tuhanku! Nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah bukit itu…". (QS. Al A'raaf: 143)
·
Mengutus seorang utusan, yakni Allah SWT mengutus seorang utusan berupa
malaikat Jibril, maka utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, sebagaimana halnya Jibril turun kepada Nabi Muhammad Saw dan kepada Nabi-Nabi yang lain.
Dalam hadis yang
diriwayatkan Imam Bukhari dari Siti 'Aisyah ra. bahwa Al Harits bin Hisyam
bertanya kepada Nabi saw, ujarnya: "Bagaimana cara wahyu datang kepada
engkau? jawab Rasulullah saw: "Kadang-kadang wahyu datang kepadaku
sebagai bunyi gemerincing lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia
berhenti, aku telah mengerti apa yang telah dikatakan-Nya; kadang-kadang
malaikat merupakan dirinya kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia
berbicara kepadaku, maka aku mengerti apa yang dibicarakannya". Berkata
Aisyah ra, sesungguhnya saya melihat Nabi ketika turun kepadanya wahyu di hari
yang sangat dingin, kemudian setelah wahyu itu terhenti terlihat dahinya
bercucuran keringat.
Ayat ini ditutup dengan
penegasan bahwa Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari sifat-sifat makhluk
ciptaan-Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan-Nya, berbicara dengan
hamba-hamba-Nya, adakalanya tanpa perantara, baik berupa ilham atau
berupa percakapan dari belakang tabir.
d.
Penafsiran Surah Asy-Syuura ayat 52:
“Dan Demikianlah Kami wahyukan
kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman
itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar-
benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
Dalam
ayat ini Allah SWT menerangkan
bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada Rasul-Rasul terdahulu, Dia menurunkan juga wahyu
kepada Nabi Muhammad berupa Al-Quran sebagai rahmat-Nya. Selanjutnya Allah SWT
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan
berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Al-Quran itu dan apa iman itu,
dan begitu juga dia belum tahu apa syari’at itu secara terperinci dan pengertian
tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan
Al-Quran itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah SWT memberi petunjuk
kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan membimbingnya kepada agama yang
benar, yaitu agama Islam.
Sebagaimana firman Allah
SWT:
ö@è%
uqèd úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( úïÏ%©!$#ur w cqãYÏB÷sã þÎû öNÎgÏR#s#uä Öø%ur uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã 4 ÇÍÍÈ…
“Katakanlah: Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar hati bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat sedangkan Al-Quran itu adalah suatu kegelapan bagi mereka…". (QS. Fussilat: 44)
Dan firman-Nya:
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 Ïf ãPuqø%r& …
ÇÒÈ
“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus,…". (QS. Al Isra: 9)
Dengan cahaya Al-Quran itulah, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, agama yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar