a.
Ayatnya:
!$tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ ö@è% $yJ¯RÎ) #Óyrqã n<Î) !$yJ¯Rr& öNà6ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏmºur ( ö@ygsù OçFRr& cqßJÎ=ó¡B ÇÊÉÑÈ
b.
Terjemahannya:
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”. “Katakanlah:
Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan
yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)". (QS. Al Anbiyaa': 107-108)
c.
Penafsiran Surah Al Anbiyaa' ayat 107:
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”.
Dalam Ayat ini Allah SWT menerangkan
tujuan-Nya mengutus Nabi Muhammad
yang membawa agama-Nya itu, tidak lain hanyalah agar mereka berbahagia didunia
dan diakhirat.
Maksudnya,
Dia mengutus Nabi sebagai rahmat bagi mereka semua. Barangsiapa yang menerima
rahmat ini dan mensyukuri nikmat ini, maka berbahagialah dia didunia dan
diakhirat. Barangsiapa yang mengingkari rahmat itu, maka merugilah dia didunia
dan diakhirat.[1]
Jika dilihat sejarah
manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah agama yang berusaha sekuat
tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh manusia terhadap manusia
yang lain. Seandainya dibuka pintu perbudakan, hanyalah sekedar untuk
mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin itu. Sedangkan
jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-banyaknya.
Demikian pula
prinsip-prinsip musyawarah yang ditetapkan agama Islam lebih tinggi nilainya
dari prinsip-prinsip demokrasi yang selalu diagung-agungkan. Perbaikan-perbaikan
tentang kedudukan wanita yang waktu itu hampir sama dengan binatang, dan
pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap fakir dan miskin,
perintah melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya
diajarkan oleh Al-Quran dan Hadis, kemudian dijadikan sebagai dasar perjuangan
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dengan demikian seluruh umat manusia
memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad
Saw. Tetapi kebanyakan manusia masih banyak yang mengingkari,
padahal rahmat yang mereka peroleh itu adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
d.
Penafsiran Surah Al Anbiyaa' ayat 108:
“Katakanlah: Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah:
Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri
(kepada-Nya)”.
Dalam
ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan
kepada Nabi Muhammad Saw. agar menyampaikan
kepada orang-orang kafir dan kepada orang-orang yang telah sampai seruan
kepadanya, bahwa pokok wahyu yang disampaikan kepadanya ialah: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah”.
Karena itu hendaklah
manusia menyembah-Nya, jangan sekali-sekali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, seperti mengakui adanya tuhan-tuhan yang lain selain daripada-Nya, atau
mempercayai bahwa selain dari Allah ada lagi sesuatu yang mempunyai kekuatan
gaib seperti kekuatan Allah.
Dan serahkanlah dirimu
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada-Nya saja
dan ikutilah segala wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
[1]
Ar-Rifa’I, M. Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:
Gema Insani, 2000) Jilid 3, hlm. 333
Tidak ada komentar:
Posting Komentar