Sabtu, 15 November 2014

MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEMANFAATKAN PERKALIAN BILANGAN KUADRAT


A.    Konsep Perkalian
Perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain. Operasi ini adalah salah satu dari empat operasi dasar di dalam aritmetika dasar (yang lainnya adalah perjumlahan, perkurangan, dan perbagian).
Perkalian terdefinisi untuk seluruh bilangan di dalam suku-suku perjumlahan yang diulang-ulang; misalnya, 3 dikali 4 (seringkali dibaca "3 kali 4") dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama:
 
Perkalian bilangan rasional (pecahan) dan bilangan real didefinisi oleh perumumam gagasan dasar ini.
Perkalian dapat juga digambarkan sebagai pencacahan objek yang disusun di dalam persegi panjang (untuk semua bilangan) atau seperti halnya penentuan luas persegi panjang yang sisi-sisinya memberikan panjang (untuk bilangan secara umum). Balikan dari perkalian adalah perbagian: ketika 3 kali 4 sama dengan 12, maka 12 dibagi 3 sama dengan 4.
Perkalian diperumum ke jenis bilangan lain (misalnya bilangan kompleks) dan ke konstruksi yang lebih abstrak seperti matriks.


B.     Menghitung Perkalian dengan Perkalian Bilangan Kuadrat
Cara ini agak sedikit berbeda, tetapi tetap memegang prinsip dasar perkalian. Tapi pada perkalian ini dua bilangan tersebut harus memiliki selisih genap agar bisa memanfaatkan operasi seperti ini (a + b)(a – b) = a2 – b2.
Simak langkah-langkahnya :
  1. Misal kita punya dua bilangan yang akan dihitung, sebut bilangan A dan dengan A > B
  2. Cari selisih A dan B kemudian bagi dua atau    [hasilnya pasti positif]. Dimana    = b
  3. Setelah itu, kita harus mencari nilai a, dimana a = A – b atau a = B + b
  4. Setelah nilai a dan b kita dapat, kemudian kita manfaatkan formula          (a + b)(a – b) = a2 – b2.
Contoh 1 : 35 x 25
Langkah 1 :
Karena 35 > 25, berarti A = 35 dan B = 25
Langkah 2 : mencari bilangan b
b =    =   = 5
Langkah 3 : mencari bilangan a
a = A – b = 35 – 5 = 30 atau a = B + b = 25 + 5 = 30
Langkah 4 : (a + b)(a – b) = a2 – b2
35 x 25 = (30 – 5)(30 + 5) = 302 – 52 = 900 – 25 = 875
Contoh 2 : 48 x 40
Langkah 1 : 48 > 40
Langkah 2 : b =   = 4
Langkah 3 : a = 48 – 4 = 44
Langkah 4 :
48 x 40 = (44 – 4)(44 + 4) = 442 – 42 = 1936 – 16 = 1920
Contoh 3 : 152 x 42
Langkah 1 : 152 > 42
Langkah 2 : b =  = 55
Langkah 3 : a = 152 – 55 = 97
Langkah 4 :
152 x 42 = (97 – 55) (97 + 55) = 972 – 552 = 9409 – 3025 = 6384
Contoh 4 : 2085 x 389
Langkah 1 : 2085 > 389
Langkah 2 : b =  = 848
Langkah 3 : a = 2085 – 848 = 1237
Langkah 4 :
2085 x 389 = (1237 – 848) (1237 + 848) = 12372 – 8482 = 1530169 – 719104 = 811065
Contoh 5 : 2000 x 5050
Langkah 1 : 5050 > 2000
Langkah 2 : b =  = 1525
Langkah 3 : a = 5050 – 1525 = 3525
Langkah 4 :

2000 x 5050 = (3525 – 1525) (3525 + 1525) = 35252 – 15252 = 12425625 – 2325625 = 10100000


DAFTAR RUJUKAN
(on-line), (aimprof08.wordpress.com/2012/04/07/menghitung-kuadrat-bilangan-dengan-mudah), diakses pada tanggal 4 November 2013, pukul 16.15 WIB
(on-line), (aimprof08.wordpress.com/2012/04/08/menghitung-perkalian-dengan-mudah), diakses pada tanggal 4 November 2013, pukul 21.30 WIB
(on-line), (apiqquantum.com/tag/konsep-perkalian), diakses pada tanggal 5 November 2013, pukul 10.30 WIB
(on-line), (id.wikipedia.org/wiki/Perkalian), diakses pada tanggal 5 November 2013, pukul 09.45 WIB

Metode Pembelajaran Sosiodrama/Bermain Peran (Role Playing)


Sosiodrama berasal dari kata : sosio dan drama. Sosio berarti sosial yaitu masyarakat, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan.Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial.
Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah laku orang.
Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.
Pengertian Bermain Peran adalah memegang fungsi. Menurut Gilstrap dan ‎Martin, bermain peran adalah memerankan karakter /tingkah laku dalam pengulangan ‎kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian yang masa kini yang ‎penting atau situasi yang imajinati.‎
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan ‎masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, ‎pemeranan, dan diskusi. ‎
Pada pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas ‎sampai masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa ‎kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan ‎mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan ‎berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik.‎
Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional ‎pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi.‎
Istilah sosiodrama dan bermain peranan (role playing) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan didalam pelaksanaanya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti
Sosiodrama yang dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi oleh peserta didik.
Proses interaksi antar siswa dan antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan metode sosiodrama akan lebih aktif, komunikasi berjalan dua arah dari Guru ke siswa dan dari siswa ke guru. Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima penjelasan materi secara teoritis tetapi juga ikut mengamati dan menganalisa masalah yang sedang diperankan yang merupakan ilustrasi dari materi yang akan disampaikan. Hal ini jelas sangat berbeda ketika siswa mengikuti proses pembelajaran dengan metode konvensional.
Kesan yang muncul ketika siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode konvensional adalah siswa menjadi objek dari materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan metode sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut berperan sebagai subjek dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang masalah yang dihadapi.
Dalam pembelajaran Matematika kelas VII, metode sosiodrama dapat diterapkan misalnya dalam pemaparan materi Himpunan. Dalam hal ini, siswa dapat diarahkan untuk membentuk himpunan sesuai dengan ketentuan atau syarat pembentukan suatu himpunan.
Dengan demikian, siswa terlibat langsung dalam pembentukan sebuah himpunan sehingga secara nyata ada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam masalah yang dihadapi tersebut. Dan tentunya, dengan cara ini akan memunculkan berbagai analisa sesuai tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap masalah sehingga tugas guru adalah mengarahkan hasil analisa masing-masing siswa ke dalam simpulan yang sesuai dengan definisi himpunan yang tepat.
Namun, metode pembelajaran bermain peran/sosiodrama (Role Playing) tidak dapat digunakan untuk pemaparan semua materi Matematika di kelas VII. Harus ada pemilihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Di sini sangat bergantung pada kejelian guru dalam memilih metode yang tepat untuk setiap materi.
Secara umum metode pembelajaran  bermain peran/sosiodrama (Role Playing) dapat digunakan apabila :
1)      Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2)      Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan
3)      Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan
4)      Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5)      Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
6)      Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
7)      Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih kritis dan detail dalam pemecahan masalah.
8)      Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan

Penerapan Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Sebelum menerapkan metode pembelajaran Sosiodrama/Bermain peran (Role Playing), guru hendaknya menyusun skenario sesuai kebutuhan. Mengacu pada Rencana Proses Pembelajaran dan Silabus yang telah disusun. Hal ini perlu agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan menarik, mencapai sasaran dan tidak melebihi alokasi waktu yang ditentukan.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dlm menerapkan metode pembelajaran Bermain peran/Sosiodrama (Role Playing) antara lain:
1)      Bila metode sosiodrama baru diterapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaannya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu, kemudian secara sederhana dimainkan di depan kelas.
2)     Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan diperankan tersebut sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
3)     Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga benar-benar bisa membangun interaksi yang lebih menarik.
4)     Setelah sosiodrama itu dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton (siswa yang mengamati) ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu.
5)     Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan kesesuaian jalannya sosiodrama dengan materi yang sedang dibicarakan.
6)     Guru menerima semua masukan, dari siswa dan memberikan simpulan yang tepat dari pengilustrasian materi melalui metode sosiodrama tersebut.
7)     Menyelaraskan pemahaman konsep yang dijelaskan dalam pemecahan masalah/soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Setelah kegiatan selesai, guru bisa memberikan contoh soal yang harus diselesaikan dengan menggunakan konsep seperti yang telah diperagakan oleh siswa melalui metode sosiodrama tersebut. Untuk selanjutnya bisa dievaluasi apakah metode tersebut berhasil atau belum yang indikasinya bisa dilihat melalui kemampuan pengintegrasian konsep yang diperagakan ke dalam masalah/soal yang harus diselesaikan.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran atau Sosiodrama
Kelebihan:
metode bermain peran:
1.    Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2.    Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
3.    Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
4.    Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya
5.    Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
6.    Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
 metode sosiodrama:
1.      Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan sesuatu masalah sosial yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuannya melakukan suatu agenda di muka orang banyak.
2.      Suasana kelas sangat hidup karena perhatian para murid semakin tertarik melihat adegan seperti keadaan yang sesungguhnya.
3.      Para murid dapat menghayati seseuatu peristiwa, sehingga mudah memahami, membanding-banding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
4.      Anak-anak menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis.
Kelemahan dari 2 metode di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
2.      Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
3.      Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
4.      Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
5.      Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu cukup lama.
6.      Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menirukan sesuatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini baginya sangat tidak efektif.
7.      Ada kalanya para murid enggan memerankan suatu adegan karena merasa rendah diri atau malu.
8.      Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat mengambil sesuatu kesimpulan apapun yang berarti pula tujuan pengajaran tidak dapat tercapai.
Penggunaan banyak metode dalam pembelajaran memang sangat disarankan untuk memberikan kenyamanan aktifitas dari pembelajaran itu sendiri di dalam kelas. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar-mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalannya pengajaran pun akan tampak kaku. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam menyampaikan materi dan anak didik dirugikan. Dalam penggunaan metode, guru juga harus menyesuaikan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Jadi penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi dalam pembelajaran.

Cara-cara mengatasi kelemahan – kelemahan Metode Sosiadrama
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama antara lain ialah :
·       Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tigas tertentu
·       Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan baik dan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
·       Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama.
·       Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Oleh karena itu harus diusahakan agar para pemain berbicara dan melakukan gerakan jangan sampai banyak variasi yang kurang berguna.
Bila metode ini dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini :
(1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.
 (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
 (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain. 

Tujuan Sosiodrama
Dapat dikatakan bahwa teknik sosiodrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang mengarah pada :
a.         Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan hubungan sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai, mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
b.         Melalui permainan sosiodrama, konseli diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian sosial.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosiodrama
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi model sosiodrama (Husniah:2011). Di antaranya adalah faktor guru, siswa dan bahan. Berikut merupakan penjelasan dari faktor-faktor tersebut.
a.       aktor guru
Guru tidak diperkenankan untuk bersifat apriori. Setiap individu (siswa) akan menghayati dan memahami fenomena sosial dengan caranya sendiri. Apa yang ia lakukan, keputusan apa yang akan dipilih merupakan kebebasan dari pemeran.
b.      Siswa
Dramatisasi ini akan berhasil apabila siswa dapat menjiwai perannya.dapat bertingkah laku sebagaimana dalam situasi sesungguhnya.
c.       Bahan
Sesuatau yang akan didramatisasikan dikatakan bagus apabila terdapat kesesuaian bahan dengan pemerannya. Kriteria pemilihan bahan harus disesuaikan antara lain:
a.       Bahan harus sesuai dengan perkembangan jiwa siswa
b.      Bahan harus memperkaya pengalaman sosial siswa
c.       Bahan harus cukup mengandung sikap dan perbuatan yang akan didramatisasikan siswa
d.      Bahan tidak mengandung adegan yang bertentangan dengan nilai pancasila, agama, dan kepribadian bangsa.

Soal Cerita Penjumlahan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, jika siswa belum pernah diajarkan suatu topik pembelajaran tertentu (misal soal cerita penjumlahan dan pengurangan di kelas I) maka menurut Bruner, tahapan kegiatan pembelajarannya harus dimulai dari (1) konkrit (enactive), (2) semi konkrit (econic), dan (3) abstrak (symbolic).
Untuk soal cerita penjumlahan tahapan-tahapan pembelajaran yang dimaksud
selengkapnya adalah seperti berikut.
1.    Tahapan Konkrit (Enactive)
, dan : ) dan tandatanda operasi saja (= , ×Pada kegiatan pembelajaran konkrit ini guru bertindak sebagai fasilitator. Peranannya adalah sebagai pemandu siswa dalam kegiatan bermain peran dan menyatakan masing-masing fakta yang dihasilkan pada setiap hasil peragaan dalam bentuk kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud adalah kalimat yang ditulis dalam bentuk angka-angka (1, 2, 3, ... dan seterusnya hingga 9), tanda-tanda relasi (+ , – ,  < , > ). Beberapa siswa diminta maju ke depan secara bergiliran (hanya beberapa hingga sekitar 8 siswa saja meskipun semua siswa tertarik untuk maju ke depan) untuk melakukan kegiatan bermain peran. Dalam setiap kali bermain peran guru selalu menuliskan di papan tulis angka-angka yang bersesuaian dengan fakta yang diperagakan. ³, atau  £,
Contoh:
Soal cerita yang akan dimainperankan:
roni memegang kapur 2,
tito memegang kapur 3,
kapur roni dan kapur tito digabung
diberikan pada bu guru
berapa kapur yang diterima bu guru.?

Teknis peragaannya:
Dua orang siswa bernama Roni dan Tito dipanggil ke depan. Roni diberi kapur 2 buah oleh gurunya. Tito diberi kapur 3 buah.
Guru itu kemudian menanyakan kepada siswa-siswa lainnya, ”Anak-anak, berapa kapur yang dipegang temanmu Roni?”, (sambil meminta Roni mengangkat tinggi-tinggi 2 kapur yang dipegangnya). Setelah para siswa lainnya menjawab ”dua...”, guru kemudian menuliskan angka “2” di papan tulis.
Pertanyaan berikutnya, ”Anak-anak, berapa kapur yang dipegang temanmu Tito?”, (sambil meminta Tito mengangkat tinggi-tinggi 3 kapur yang dipegangnya). Setelah para siswa lainnya menjawab ”tiga ...”, guru kemudian menuliskan angka 3 di papan tulis, di kanan angka 2 yang sudah ditulis sebelumnya.
Perintah guru berikutnya, ”Sekarang coba kapur Roni dan kapur Tito digabung, berikan pada Bu guru, berapa kapur yang diterima oleh Bu guru?”. Guru kemudian mengangkat tinggi-tinggi 5 kapur yang dipegangnya. Setelah dijawab lima oleh siswa-siswa lainnya, guru kemudian menuliskan angka 5 di papan tulis, di sebelah kanan angka 2 dan 3 yang sudah ditulis sebelumnya.

2 3 5

Perhatikan bahwa tanda tambah (+) dan tanda sama dengan (=) sengaja belum ditulis, sambil menunggu 4 atau 5 soal cerita penjumlahan lainnya yang akan dimainperankan berikutnya.
Selanjutnya guru memanggil lagi 2 orang siswa, misal bernama Eni dan Dita. Soal cerita yang akan dimainperankan berikutnya misal:
dita memegang sedotan 4
eni memegang sedotan 2
sedotan dita dan sedotan eni digabung
diberikan pada bu guru
berapa sedotan yang diterima bu guru?
Dengan cara yang sama akhirnya Ibu guru menulis di papan tulis (di bawah tulisan no.1 tadi) “4 2 6”. Sehingga dua baris tulisan yang tampak di papan tulis adalah
2 3 5
4 2 6
Demikian seterusnya hingga soal cerita yang ke-5. Guru memanggil seorang siswa, misal namanya Faris. Soal yang dimainperankan misal:
Faris mempunyai pensil 3
Diberi lagi oleh Ibu guru 1
Berapa pensil Faris sekarang
Akhirnya dari peragaan di atas diperoleh kalimat matematika berbentuk:
3 1 4
Sehinga hasil seluruhnya dari 5 soal yang dimainperankan selengkapnya adalah:
2 3 5
4 2 6
1 2 3
4 1 5
3 1 4
Setelah kelima soal tersebut selesai dimainperankan, guru kemudian melengkapi kelima hasil peragaan tersebut dengan tanda ”+” dan ”=” sambil mengajak siswa membacanya secara lantang.

2 + 3 = 5 ...........dibaca ” dua ditambah tiga sama dengan lima”
4 + 2 = 6............dibaca ” empat ditambah dua sama dengan enam”
1 + 2 = 3............dibaca ” satu ditambah dua sama dengan tiga”
4 + 1 = 5............dibaca ” empat ditambah satu sama dengan lima”
3 + 1 = 4 ...........dibaca ” tiga ditambah satu sama dengan empat”

2.    Tahapan Semi Konkrit (Econic)
Setelah pengalaman konkrit melalui kegiatan bermain peran dilakukan dan dirasa siswa sudah tampak mendapatkan gambaran tentang arti matematika dari soal cerita yang baru saja dimainperankan, tahapan berikutnya adalah tahapan semi konkkrit. Pada tahap ini tiap siswa diberi satu LKS. Isi LKSnya adalah soal-soal cerita yang semuanya ditulis di atas gambar-gambar yang memperagakan soal-soal cerita tersebut. Tujuannya untuk memantapkan pemahaman siswa yang baru saja diperoleh dari kegiatan bermain peran.
Berikut contoh bentuk LKS yang dimaksudkan.
3.    Tahapan Abstrak (Symbolic)
Setelah siswa menjalani tahapan pembelajaran konkrit (melalui kegiatan bermain peran) dan semi konkrit (melaui kegiatan mengisi LKS) maka tahapan berikutnya (terakhir) adalah abstrak. Pada tahap ini soal-soal cerita yang diberikan kepada siswa murni soal cerita yang hanya berupa kalimat yang ditulis dalam bentuk huruf-huruf dan angka-angka saja. Sarana yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajarannya adalah LTS (Lembar Tugas Siswa). Berbeda dengan LKS yang mengandung ciri-ciri konsep, LTS sama sekali abstrak sebab tidak mengandung ciri-ciri konsep (Eli Estiningsih 1995:12). Ciri-ciri konsep yang dimaksud diperoleh siswa pada saat kegiatan bermain peran dan mengisi LKS. Berikut bentuk LTS yang dimaksud.
Contoh
anto membeli 2 pensil
membeli lagi 4 pensil
berapa pensil anto sekarang
Jawab
2 + 4 = 6

Manfaat-Manfaat Dari Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran
Sambil bermain, anak-anak juga ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau bergiliran, dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Ia pun mulai belajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan ini termasuk untuk memahami perasaan takut, kecewa, sedih, marah dan cemburu. Melalui imajinasi yang dibangunnya sendiri, ia belajar mengelola dan memahami perasaan-perasaan tersebut. Misalnya, ketika ia melakukan permainan yang melibatkan perasaan, ia jadi mulai belajar untuk berempati dengan perasaan orang lain. Ada 3 manfaat umum dari penerapan metode bermain peran:
1)   Kreativitas
Dalam dunia khayalan, 
anak bisa jadi apa saja dan melakukan apa saja. Bahkan, semakin sering ia melakukan permainan peran, akan semakin besar daya kreativitasnya terasah.
2)   Disiplin
Saat bermain peran, biasanya ia mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari-hari. Misalnya, saat ia bermain peran sebagai 
orangtua yang menidurkan anaknya, ia akan bersikap dan mengatakan seperti apa yang ia sering dilakukan dan dikatakan olehorangtuanya. Sehingga secara tak langsung, ia pun membangun kedisiplinan dan keteraturan pada dirinya sendiri.
3)   Keluwesan
Saat bermain peran, secara tidak langsung 
anak-anak mulai belajar untuk mengatasi rasa takut dan hal-hal yang sebelumnya berbeda bagi mereka Dengan bimbingan dan perumpamaan ini, diharapkan rasa takut atau trauma si kecil akan lebih berkurang.

Kesimpulan
1.      Metode Bermain Peran/Sosiodrama (Role Playing) adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi oleh peserta didik.
2.      Dengan adanya keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, penerapan metode Bermain Peran/Sosiodrama (Role Playing) diharapkan mampu meningkatkan minat belajar siswa dan kompetensi siswa dalam memecahkan soal cerita.
3.      Pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving), dan strategi yang digunakan adalah Strategi tidak langsung.